Pada saat Nabi Muhammad masih di Makkah, disaat2 kamu Quraisy yang masih
Kafir (tidak bersyukur adalah terjemahan asli dari Kufr, lawan kata
Syukur atau Syukr), beliau memberikan nasehat2, dakwah, peringatan2, dan
ajakan kepada semua orang yang beliau kenal untuk mengimani Tuhan
dengen sepenuhnya.
Ada salah seorang kaum Quraisy saat itu yang
sangat membenci Muhammad, ibarat sudah mendarah daging kebencian yang
ada di hatinya kepada Nabi yang suci ini.
Kebetulan rumahnya berada ditepi jalan yang biasa ditempuh oleh Rasulullah kalau mau bersilaturahmi kepada sahabat2nya.
Yang
terjadi adalah, setiap Rasulullah lewat rumahnya, pasti akan langsung
kedengaran suaranya yang meludah ketanah, keras dan berulang, diiringi
dengan umpatan2 yang terkadang didengar atau terkadang tidak didengar
oleh rasulullah. Dan ini berlangsung sudah lama dan setiap hari.
Sampai
suatu hari, saat rasulullah lewat jalan itu, tidak terdengar suara
'langganan' yang sering beliau dengar dari rumah tersebut. Rasulullah
tersenyum, mungkin pikirnya orang tersebut sedang ada keperluan. Tapi
sudah beberapa hari, gak juga muncul suara tersebut, Rasulullah heran.
Beliau merasakan ada yang tidak beres dengan orang tersebut. Akhirnya
rasulullah bertanya2 kepada orang2 disekitar daerah itu, kemanakah
gerangan orang tersebut?
Kebanyakan orang2 lebih heran lagi, kenapa
Muhammad bertanya tentang orang yang sudah jelas2 sangat membencinya,
dan kebenciannya itu sering ditunjukkan secara nyata. Tapi mereka toh
akhirnya memberi-tahukan juga kepada Rasulullah letak rumah orang
tersebut.
Akhirnya Rasulullah mendatangi kerumahnya. Didapati oleh
beliau, bahwa orang yang sering meludahi dan memaki2nya tersebut sedang
berbaring sendirian, dalam keadaan sakit. Rasulullah akhirnya masuk
kerumah orang tersebut, sembari tersenyum tulus dan memegang tangannya
dengan penuh kasih, sambil didoakan agar segera sembuh.
Orang itu
tiba2 menangis, dan berkata: "Wahai Muhammad... Saat aku sakit, orang2
yang aku hormati, yang aku hargai, yang aku puji2, tidak ada satupun
yang menjengukku. Tapi engkau Muhammad, orang yang selalu kubenci dengan
segenap darah dan hatiku, yang setiap saat melihatmu tidak pernah aku
tidak memakimu, meludahimu, tapi cuma engkau yang datang menjengukku.
Sungguh Mulia hatimu Muhammad. Sungguh mulia apa yang engkau ajarkan.
Dan saksikan wahai saudaraku, mulai sekarang, aku bersaksi bahwa Tidak
ada Tuhan melainkan Allah, dan Engkau adalah utusanNya.."
Pembaca, apa yang bisa kita simpulkan dari kisah ini?
Apakah kita pengikut ajaran beliau?
Tapi
Pernahkan kita memaafkan kesalahan orang? Pernahkah kita mencintai
sesama? kalau tidak, kita perlu menanyakan kembali ikrar kita yang
pernah kita ucapkan sebagai tanda kita pengkikut beliau...
Sungguh,
beliau adalah contoh yang sempurna sebagai seorang manusia biasa. beliau
adalah Nabi terbesar, beliau juga adalah Suami yang sempurna, Bapak
yang sempurna, pimpinan yang sempurna, teman dan sahabat yang sempurna,
tetangga yang sempurna. maka tidak salah kalau Allah mengatakan bahwa
Beliau adalah teladan yang sempurna.
Semoga Shalawat dan salam
senantiasa dilimpahkan kepada beliau, junjungan dan teladanku yang oleh
Allah telah diciptakan sebagai contoh manusia yang sempurna.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar