Menurut FAO (2003), pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem
atau Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) merupakan suatu
pendekatan yang berusaha menyeimbangkan tujuan sosial yang beragam,
dengan memperhatikan pengetahuan dan ketidakpastian yang terdapat pada
sumber daya biotik, abiotik dan manusia sebagai komponen ekosistem dan
interaksi mereka dan menerapkan pendekatan yang terintegrasi untuk
perikanan di dalam batas – batas ekologis yang berarti. Pendekatan
ekosistem untuk pengelolaan perikanan ini sangat penting
diimplementasikan di Indonesia sebagai salah satu acuan penting
pengelolaan, menuju perikanan Indonesia lestari untuk kesejahteraan
masyarakat.
Selama ini pengelolaan dan praktek perikanan di Indonesia masih terfokus
pada jumlah tangkapan, belum memperhatikan keseimbangan ekosistem.
Wawan Ridwan, Direktur Program Kelautan dan Perikanan WWF-Indonesia,
mengatakan, “Dampaknya lebih banyak yang negatif, yaitu kerusakan
terumbu karang dan ekosistem dasar laut dan terjadinya penangkapan
berlebihan atau overfishing.” Beliau mengatakan hal tersebut dalam acara
Lokakarya Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Perikanan
dengan Pendekatan Ekosistem – EAFM yang digelar kemarin (27/9) di Hotel
Kartika Chandra, Jakarta. Lokakarya ini terselenggara atas hasil kerja
sama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM), Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap (DJPT) dan National Working Group-2 Coral Triangle
Initiative (NWG-2 CTI).
Inisiasi EAFM di perikanan Indonesia sebenarnya telah dilakukan oleh WWF
Indonesia sejak tahun 2009. WWF Indonesia telah secara aktif mendukung
Direktorat Sumber Daya Ikan - Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (SDI
- DJPT) dalam mengembangkan model EAFM ini. Dimulai dengan kerja sama
dengan NWG-2 CTI yang dipimpin SDI - DJPT terkait pengembangan dan
pengujian indikator EAFM. Kemudian di tahun 2013 ini, WWF bersama NWG-2
CTI berkolaborasi dengan BPSDM Kelautan dan Perikanan untuk membuat
Standar Kompetensi Kerja Khusus (SK3) EAFM.
“Hari ini kita merumuskan dan menyepakati penggunaan Modul Penilaian
Kinerja Pengelolaan Perikanan dengan indikator EAFM yang dihasilkan oleh
NWG-2. Setelah ini, BPSDM, Puslat, Direktorat SDI dan NWG-2 CTI-CFF
akan bekerja sama menyusun Standar Kompetensi Kerja Khusus (SK3)-EAFM,
sekaligus berkoordinasi untuk membuat payung hukum pengukuhan EAFM di
Indonesia,” demikian disampaikan oleh Dr. Suseno Sukoyono, Kepala BPSDM,
KKP.
Lokakarya Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Perikanan
dengan Pendekatan Ekosistem ini pun dihadiri oleh sejumlah aparat dari
instansi terkait di KKP, perwakilan pemerintah daerah, perwakilan
berbagai lembaga swadaya masyarakat dan pimpinan Fakultas Kelautan dan
Perikanan dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro,
Universitas Hasanuddin dan Universitas Padjajaran.
Ke depannya, diharapkan perikanan di Indonesia mengalami reformasi
dengan pengelolaan dan praktik perikanan yang lebih lestari dengan
mengedepankan keseimbangan ekosistem mengacu pada EAFM ini.
Untuk informasi lebih lanjut terkait kegiatan EAFM ini sila menghubungi
Imam Musthofa selaku Pimpinan Program Perikanan WWF-Indonesia di imusthofa@wwf.or.id
Mengelola Perikanan Indonesia berlandaskan Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM)
Rubrik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar